TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal
(Sekjen) Komunitas Kretek Alfa Gumilang menyatakan, pendapat menuding
rokok sebagai penyebab kanker paru-paru, adalah bentuk informasi sesat
dan keliru.
“Selama ini kita selalu dicekoki informasi yang lambat
laun mengendalikan pikiran kita, hingga kita mengidentikkan rokok
dengan kanker paru-paru. Sekarang, semua teori itu runtuh sudah,” ujar
Alfa dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (4/5/2012).
Sebagaimana
diberitakan, Menkes Endang Rahayu tutup usia setelah beberapa waktu
mengidap kanker paru-paru. Padahal, almarhumah dikenal sebagai tokoh
kesehatan yang sangat antirokok, dan selalu jauh dari asap rokok.
"Sebenarnya,
di masyarakat sudah banyak ditemukan kasus orang kena kanker padahal
bukan perokok. Atau, orang panjang umur dan sehat-sehat saja, padahal
perokok berat. Tapi, selama ini masyarakat menutup mata. Sampai akhirnya
seorang figur publik yang kena, dan semua ternganga,” paparnya.
Fakta
ini sejalan dengan penemuan Prof Sutiman Bambang Sumitro dari Pusat
Penelitian Peluruhan Radikal Bebas di Malang. Setelah penelitian belasan
tahun, salah satu bukti ilmiah yang ditemukan adalah, asap rokok memang
mengandung zat merugikan, namun tak cukup kuat sebagai penyebab kanker.
Lebih
jauh lagi, teori Prof Sutiman menyatakan, rokok menyebabkan kanker
kebanyakan hanya hasil pengolahan data di rumah sakit, bukan di
lapangan.
Jadi, asal ada pasien mengidap kanker, dan kebetulan
dia merokok, serta-merta rokok lah yang dituding sebagai penyebab
tunggalnya.
Variabel-variabel lain yang terkait dengan gaya hidup
si pasien, semisal 'asupan' polusi asap kendaraan, konsumsi MSG, dan
sebagainya, diabaikan. Metode semacam itu jelas melanggar kaidah
eksperimen ilmiah.
"Dengan teori baru hasil penelitian ilmuwan
bangsa sendiri tersebut, menjadi cukup jelas lah kenapa di sekitar kita
banyak perokok aktif yang tetap sehat sampai lanjut usia," beber Alfa.
Bahkan,
tuturnya, banyak tokoh nasional yang perokok kretek tetap bugar dan
produktif hingga usia senja. Sebut saja misalnya Haji Agus Salim, mantan
Menteri Pendidikan Prof Fuad Hasan, penulis besar Pramoedya Ananta
Toer, master menggambar Pak Tino Sidin, tokoh Muhammadiyah Prof Malik
Fadjar, dan masih banyak contoh lain.
Komunitas Kretek adalah komunitas anak muda yang bergerak bersama demi kedaulatan aset-aset ekonomi lokal Indonesia.
Komunitas
ini concern pada advokasi industri kretek, industri nasional yang
menghidupi 30,5 juta jiwa, dan salah satu sektor industri yang mampu
benar-benar berdikari karena menggunakan hampir 100 persen bahan baku
lokal, modal lokal, bahkan pasar lokal.
Secara umum, Komunitas Kretek melakukan kampanye penyelamatan atas industri-industri nasional Indonesia. (Tribunnews.com)